Liburan telah usai. Kini, saat nya kembali ke sekolah, mengisi hari-hari dengan belajar. Saat liburan sekolah, mungkin saja tidak terlalu banyak bersentuhan dengan pelajaran. Pada masa-masa liburan tersebut, boleh jadi sebagian besar siswa menghabiskan waktunya untuk mengunjungi tempat-tempat wisata, bersilaturahim, bermain, belanja, hingga menghabiskan waktu di depan TV.
Nah, menghadapi hari-hari awal sekolah, ada baiknya pihak sekolah memberikan materi motivasi untuk para peserta didik guna menguatkan kembali motivasi belajar mereka. Agar berhasil dalam menuntut ilmu (sekolah), paling tidak ada lima hal yang perlu diperhatikan oleh peserta didik.
Pertama, menumbuhkan keikhlasan dalam belajar (al-ikhlas).
Seseorang yang menuntut ilmu harus menanamkan keikhlasan dalam hatinya. Ikhlas akan memberikan kekuatan (motivasi) belajar secara berkesinambungan. Dalam hal ini, Rasulullah SAW pernah bersabda, setiap amal itu bergantung pada niatnya.
Kedua, selalu menanamkan keyakinan (al-yaqin).
Keyakinan akan memberi kekuatan dan daya dorong kepada siswa yang sedang menun- tut ilmu. Peserta didik yang memi- liki keyakinan bisa akan terdorong serta berupaya untuk menjadi bisa.
Dalam hadis Qudsi, Allah SWT berfirman, “Aku mengikuti persangkaan hamba-Ku kepada-Ku.” (HR Muslim). Jika siswa berpra sangka sulit mempelajari pelajaran tertentu maka dia akan menjadi sulit beneran mempelajari pelajaran tertentu tersebut. Begitu pula sebalik nya.
Karena itu, siswa harus selalu memiliki prasangka yang baik, dalam bahasa sekarang positive thinkingatau husnudz-dzan. Di sini- lah peran guru untuk memotivasi anak didiknya agar mereka selalu optimis dalam belajar.
Misalnya, katakan kepada siswa, “Aku bisa, insya Allah.”  Hindarkan kalimat-kalimat negatif kepada siswa karena kalimat negatif itu dapat melahirkan ketidakberdayaan dalam diri siswa. Misalnya, hindarkan kalimat, “Aku tidak bisa”, “Ah… sulit”, “Lagi BT nih”, “Ka yaknya ini nggak mungkin selesai”, dan kali- mat-kalimat negatif lainnya. Tentu keyakinan tersebut harus disertai dengan doa sebab segala sesuatu itu terjadi atas kehendak Allah SWT.
Ketiga, memperbanyak membaca (katsrah at-tilawah). Sebegitu pentingnya ilmu untuk dikuasai sehingga Alquran dimulai dengan perintah Iqra. Bacalah! Membaca ada lah jendela meraih ilmu. Membaca menambah wawasan. Wa wasan yang luas akan memberikan perspektif yang menuntun seseorang bagai mana ia seharusnya me respons apa yang dilihat, apa yang dia dengar, dan apa yang dia rasa kan.
Orang yang berilmu menghadapi sesuatu dengan tenang. Sebaliknya, yang cekak ilmu, sering panik, terburu-buru yang pada akhirnya justru merugikan dirinya. Agar peserta didik memiliki minat membaca, guru harus selalu mencontohkannya (qudwah hasanah).
Keempat, banyak mendengar (katsrah al-istma’).
Orang yang sering mendengarkan sesuatu akan mudah mengingat sesuatu. Karena itu, ketika guru sedang menerangkan, hendaknya peserta didik mem- perhatikan dan mendengarkan dengan baik. Apabila belum paham apa yang disampaikan guru, ber se – geralah bertanya. Pepatah mengata kan,”Malu bertanya sesat di jalan.”
Kelima, banyak mengulang (kat- srah al-muraja’ah).
Sesuatu yang sudah diketahui akan mudah lupa apabila tidak diulang-ulang. Bahkan, sesuatu yang telah dihafal akan lebih mudah hilang. Karena itu, mengulang-ulang pelajaran merupakan kewajiban bagi peserta didik. Malas adalah kunci kegagalan. Barang siapa malas berarti ia merencanakan kegagalan. Kemalasan inilah yang men jadi cikal bakal lahirnya sistem SKS (sistem kebut semalam).
Jika kelima strategi tersebut terus-menerus ditanamkan dalam diri peserta didik, tidak menutup ke- mungkinan kesuksesan dalam belajar akan mudah diraih oleh setiap peserta didik, insya Allah. Selamat mencoba, buktikan hasilnya!

Sumber: Republika e-paper, oleh H Imam Nur Suharno, SPd MPd,Guru MTs Husnul Khotimah,Kuningan, Jawa Barat